Situs Benteng Kuto Besak, Warisan Sejarah yang Terlupakan di Tengah Kota Palembang

Palembang, 21 Juni 2025

    Di tengah gencarnya pembangunan Kota Palembang menuju kota metropolitan modern, masih berdiri sebuah bangunan bersejarah di tepian Sungai Musi. Bangunan itu adalah Benteng Kuto Besak (BKB), peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam yang kini mulai terabaikan oleh masyarakat dan wisatawan. Benteng Kuto Besak mengalami penurunan kunjungan wisata dalam beberapa tahun terakhir, ditambah kondisi bangunannya yang mulai menunjukkan kerusakan. Dinding yang dulunya tampak megah kini terlihat kusam, dengan beberapa bagian mengalami keretakan. Fasilitas pendukung di sekitar kawasan benteng pun mulai usang dan kurang terawat. Padahal, benteng ini menyimpan nilai sejarah penting tentang perjuangan rakyat Palembang di masa penjajahan. 

    Situasi ini mendapat perhatian dari berbagai pihak, seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang, komunitas sejarah lokal Palembang Heritage Community, serta warga sekitar yang peduli akan keberlangsungan situs budaya tersebut. Mereka berharap agar Benteng Kuto Besak tak sekadar menjadi latar foto wisatawan, tetapi dapat difungsikan sebagai pusat edukasi sejarah yang aktif dan menarik. Terletak di Jalan Sultan Mahmud Badaruddin, tepat di kawasan wisata Sungai Musi dan berhadapan langsung dengan Jembatan Ampera, lokasi Benteng Kuto Besak sebenarnya sangat strategis. Potensi ini seharusnya bisa menjadikan benteng tersebut sebagai salah satu destinasi wisata unggulan, baik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Kondisi memprihatinkan ini mulai terasa sejak pandemi COVID-19 melanda pada tahun 2020, yang menyebabkan aktivitas wisata nyaris terhenti. Kegiatan kebudayaan yang biasanya digelar di area benteng pun terpaksa ditiadakan. Meski pandemi telah berakhir, angka kunjungan belum kembali pulih, bahkan masih cenderung stagnan.

    Penurunan minat wisatawan terhadap Benteng Kuto Besak dipengaruhi oleh kurangnya promosi dari pemerintah daerah, minimnya fasilitas pendukung wisata, serta munculnya destinasi wisata modern seperti mall dan taman kota yang lebih diminati kalangan muda. Di sisi lain, belum adanya revitalisasi menyeluruh membuat kawasan benteng ini semakin tertinggal dibanding objek wisata lain di Palembang. Ketua Palembang Heritage Community, Rina Andriani, mengungkapkan bahwa komunitasnya bersama sejumlah pecinta sejarah rutin mengadakan tur edukasi budaya di kawasan Benteng Kuto Besak. Namun sayangnya, upaya tersebut belum sepenuhnya mendapat dukungan dari pemerintah.

"Kami ingin anak-anak muda tahu bahwa sebelum Jembatan Ampera berdiri kokoh, di sini ada benteng yang menjadi saksi perjuangan rakyat Palembang melawan penjajah Belanda," tutur Rina saat ditemui pada Jumat (20/6).

    Sementara itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang menyatakan bahwa sejak tahun lalu mereka telah menyusun rencana revitalisasi Benteng Kuto Besak. Namun, realisasi program tersebut masih terkendala masalah anggaran.

"Kami menyadari potensi sejarah Benteng Kuto Besak sangat besar. Saat ini kami sedang berupaya menjalin kerja sama dengan pihak swasta dan mencari dana CSR untuk mendukung renovasi dan pengembangan kawasan ini," ujar Andri Setiawan, Kepala Bidang Pelestarian Cagar Budaya Disbudpar Palembang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pempek: Sejarah dan Kejayaan Kuliner Khas Palembang

Asal - Usul Bendungan Perjaya, Desa Perjaya, Kecamatan Martapura, Kabupaten Oku Timur, Sumatera Selatan

Belitang: Jejak Sejarah di Tanah Transmigrasi Sumatera Selatan